KhutbahIdul Adha: Menyikapi Perbedaan Hari Raya Tahun 1443 H. Mengapa dinamakan Arafah? Inilah Sejarah Jabal Arafah, Yaum Arafah, dan Wuquf Arafah. hanya berdiri seperti khan atau masjid sebagai tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar personal. Lambat laun, madrasah dibangun menyerupai bangunan ruko yang dikelola secara resmi
Agama IslamTempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan?KursiMihrabMimbarMejaSemua jawaban benarJawaban yang benar adalah C. dari Ensiklopedia, tempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan dan PenjelasanMenurut saya jawaban A. Kursi adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama saya jawaban B. Mihrab adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan saya jawaban C. Mimbar adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di saya jawaban D. Meja adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Menurutpendapat ini, kata mihrab diambil dari al-harb yang bermakna perang. Mihrab juga diartikan sebagai bagian dari masjid untuk menempa manusia agar selalu dalam kebenaran dan menghindarkan diri dari kesibukan dunia. Menurut Ensiklopedi Islam, mihrab disebut lima kali dalam Alquran. Empat dalam bentuk tunggal dan satu dalam bentuk jamak.
- Bagi umat Muslim, tentunya sudah tidak asing lagi dengan khutbah. Terdapat syarat khutbah yang harus dipenuhi seorang khotib atau orang yang melakukan khutbah agar sesuai dengan yang dituntutkan oleh syariat. Khutbah berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti pidato atau ceramah. Namun, secara umum dapat dipahami bahwa khutbah itu merupakan pidato yang disampaikan seseorang atau khatib yang berisi tentang babakan keagamaan. Pada umumnya orang mengetahui jika khutbah itu dilakukan pada hari Jumat yakni sebelum Sholat Jumat didirikan dan pada Hari Raya Idul Fitri serta Iduladha, yakni yang dilakukan setelah Sholat Ied. Namun, dalam Islam masih ada berbagai macam khutbah lain yang bisa dikerjakan. Diantara khutbah yang dilakukan selain Hari Jumat dan Hari Raya yakni khutbah pada sholat Istiska meminta hujan, khutbah sholat gerhana, khutbah saat akad nikah dan khutbah saat wuquf di Arafah. Baca JugaSiskaeee Muncul Pakai Hijab usai Aksi Pornografi, Warganet Protes Dari sekian banyak jenis khutbah dalam ajaran Islam, yang sangat dikenal dan populer yakni Khutbah Jumat. Sebab khutbah ini dilakukan setiap satu pekan sekali. Biasanya khutbah berisi tentang nasihat-nasihat, hikmah dari suatu kisah atau peristiwa dan lain-lain. Potret mobil yang nyempil di tengah ibadah solat jumat. Facebook/Ivan Boris‎Dalam melakukan khutbah tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Jika syarat itu tidak dipenuhi maka khutbah yang dilakukan tidak sempurna. Di dalam khutbah Jumat, syarat khutbah Jumat harus dipenuhi agar rangkaian Sholat Jumat menjadi sah. Berikut syarat khutbah,khususnya Khutbah Jumat yang perlu diketahui 1. Khatib Seorang Laki-Laki Orang yang menyampaikan khutbah atau khatib harus seorang laki-laki yang sudah baligh, berakal sehat dan Islam. Baca JugaEko Kuntadhi Sebut Tagar Siskaeee Bukan Muslim Norak 2. Bisa didengar oleh 40 jemaah laki-laki Penyampaian khutbah harus bisa didengar oleh sebanyak 40 jemaah. Tidak harus semua isi khutbah terdengar, yang paling terpenting adalah rukun-rukun khutbah. Namun ada ulama yang berpendapat jika orang cukup hadir di masjid saat khatib sendang berkhutbah. 3. Menggunakan Bahasa Arab Dalam hal ini yang diwajibkan menggunakan bahasa arab adalah rukun khutbah. Pelaksanaan Salat Jumat di Masjid Raya Jakarta Islamic Center JIC, Koja, Jakarta Utara, di tengah PPKM Level 4, Jumat 20/8/2021. [ANTARA/Abdu Faisal]Untuk isi materi yang disampaikan bisa menggunakan bahasa setempat. Selian itu, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami jemaah. 4. Khatib suci dari hadas kecil dan besar Suci dari hadas kecil mupun hadas besar ini berlaku untuk tubuh dan pakaian yang dikenakan khatib. Harus suci dari hadas. 5. Khatib menutup aurat Khatib harus menutup seluruh auratnya saat berkhutbah 6. Khatib duduk sejenak di antara dua khutbah Saat duduk, khatib harus tuma'ninah. Selain itu juga dianjurkan untuk membaca surah pendek atau sholawat nabi. 7. Khutbah dilakukan di tempat sholat Jumat Khutbah harus dilakukan di tempat yang digunakan untuk sholat, saat ini semuanya hampir di masjid. Tidak boleh khutbah dilakukan di rumah sedangkan sholat dilakukan di masjid. 8. Muwalah Jarak antara khutbah satu dengan khutbah dua tidak lama. Selain itu rukun khutbah juga tidak boleh terpisahkan dengan waktu yang lama. 9. Menyegerakan Sholat Jumat ketika khutbah sudah selesai. Selain syarat khutbah ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam khutbah, salah satunya rukun khutbah. Adapun syarat khutbah selain khutbah Jumat tidak jauh berbeda. Demikian penjelasan mengenai syarat khutbah. Semoga bisa menambah pengetahuan, khususnya yang akan melakukan khutbah. Kontributor Muhammad Aris Munandar
PosIII adalah rest area yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda sampai puluhan dengan pemandangan alam yang terbuka lebar hingga mata bisa memandang keindahan Gunung Merapi dan Merbabu, juga kabut yang berada dibawah. View di Puncak Sejati, Puncak Gunung Sumbing. Pos inilah yang biasa digunakan para pendaki untuk melepas lelah mendirikan tenda.
Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Indonesia merupakan negara yang paling banyak tempat ibadahnya, khususnya umat muslim seperti masjid, mushala, langgar atau surau. Semuanya sangat bisa digunakan untuk ibadah sunah atau wajib, ibadah perorangan atau berjamaah. Salah satu bangunan suci yang besar dan menjadi penopang dari aktivitas agama Islam di seluruh dunia yakni masjid. Istilah masjid sebenarnya diambil dari kata sajada-yasjudu-sujudan yang berarti meletakkan dahinya di atas bumi dan orang yang melakukannya dinamakan dengan sajid baca orang yang sujud. Di dalam bahasa Arab masjid merupakan bentuk isim makan baca kata benda yang menunjukkan arti tempat yang awalnya berupa kata masjad yang berarti tempat sujud lalu berubah bentuk menjadi masjid seperti maulad yang merupakan isim zaman bacakata benda yang menunjukkan arti waktu atau masa yang berarti hari kelahiran kemudian berubah menjadi kata maulid. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Masjid secara etimologi berarti segala tempat yang digunakan untuk beribadah atau bisa diartikan dengan tempat sujud. Oleh karena itu secara bahasa di mana saja seseorang melakukan shalat asalkan tempatnya suci dari najis termasuk lapangan, maka tempat tersebut disebut dengan masjid. Hal ini sesuai dengan hadits nabi جُعِلَتْ لِى الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا “Dijadikan untukku setiap tanah yang baik masjid dan suci” Bukhari-Muslim Tetapi secara terminologi masjid adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk shalat. Berdasarkan hal tersebut berarti suatu bangunan yang dipersiapkan secara khusus untuk digunakan sebagai tempat shalat, maka ia disebut dengan masjid. Dengan demikian istilah mushala, langgar dan surau sesungguhnya masuk ke dalam katagori masjid. Hal tersebut karena memang bangunan-bangunan tersebut dipersiapkan untuk pelaksanaan shalat. Sementara lapangan karena ia tidak berbentuk bangunan, maka tidak dapat dikatakan sebagai masjid secara terminologi, tapi boleh melaksanakan shalat di atasnya asalkan tempatnya suci. Hal ini dalam tinjauan ushul fiqih menggunakan makna urfi. Sebab dalam ilmu ushul fiqih ketika terdapat suatu hal, maka ditinjau makna syar’inya terlebih dahulu. Apabila tidak ada, maka ditinjau makna urfinya baca kebiasaan masyarakat. Sementara apabila tidak ada, maka menggunakan makna lughawi baca sisi bahasa Arabnya. Sedangkan apabila tidak ditemukan juga, maka baru menggunakan makna majazi baca kiasan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi adalah masjid al-Haram yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS beserta anaknya Ismail. Di dalam hal ini Allah Swt berfirman إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadat manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.QS. Ali Imran 3 96. Ayat di atas diungkapkan sekaligus untuk membantah pernyataan orang-orang Ahli kitab yang menyatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis. Dalam kehidupan Rasulullah Saw masjid merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini terlihat saat beliau melakukan hijrah ke kota Madinah. Hal yang pertama dilakukan olehnya adalah membangun masjid, yaitu masjid Quba. Oleh karena itu masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali di bangun di Madinah dan selanjutnya diikuti dengan masjid Nabawi. Sampai sekarang masjid ini masih berdiri tegak dan umumnya dikunjungi oleh para jamaah Haji dan Umrah. Di dalam suatu Hadits, Rasulullah Saw bersabda “Shalat dua rakaat di masjid Quba sama dengan melaksanakan ibadah umrah satu kali”. HR. al-Tirmidzi. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Setelah Rasulullah Saw membangun masjid, kemudian Rasulullah Saw senantiasa menyeru umat Islam untuk membangun dan memakmurkan masjid. Di dalam suatu Hadits dikatakan مَنْ تَوَضَّأَ فِى بَيْتِهِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتىَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ زَائِرٌ الله وَحَقٌّ عَلَى الْمَزُوْرِ أَنْ يُكْرِمَ الزَائِرَ “Barang siapa berwudhu di rumahnya lalu ia meyempurnakan wudhunya kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah orang yang telah berkunjung kepada Allah Swt. Dan merupakan suatu kewajaran apabila sosok yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung”. HR. Abu Daud Karena berkunjung ke masjid berarti berkunjung ke rumah Allah Swt, maka hendaklah orang yang berkunjung harus memiliki hati yang ikhlas dan semata-mata memohon pertolongan dan doa kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Alalh Swt وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا “Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping menyembah Allah”.QS. al-Jin7218. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ​​​​​​​ Dahulu, seorang ilmuan bernama Ibnu Sina apabila memiliki problem hidup dan kehidupan, maka ia senantiasa ber’tikaf di masjid untuk memperoleh solusinya. Rasulullah Saw ketika akan melakukan perjalanan Isra dan Mi’rajnya, ia memulainya dari masjid al Haram menuju masjid al Aqsha lalu menuju Sidratul Muntaha. Dari sini jelas terlihat bahwa masjid merupakan tempat suci untuk membersihkan hati. Di muka bumi ini masjid merupakan taman surga. Rasulullah Saw bersabda اِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قَلْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ الْمَسَاجِدُ وَمَا الرَّتْعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ سَبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لله وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ “ Apabila kalian berpapasan dengan taman surga, maka singgahlah. Aku bertanya kepada rasulullah Saw apa yang engkau maksud dengan taman surga? Ia menjawab masjid-masjid. Dan dengan apa singgahnya wahai rasullah Saw? Rasuullah Saw menjawab Dengan membaca Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar”. HR. al-Tirmidzi. Hadits di atas mengisyaratkan apabila anda ingin masuk surga dan berada di tamannya, maka sering-seringlah anda masuk di dalamnya, melaksanakan shalat berjamaah, ber’itikaf, berdzikir dan membaca al Quran. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ​​​​​​​ Selain membangun masjid, umat Islam memiliki kewajiban yang lebih penting lagi, yaitu memakmurkannya. Fenomena yang terjadi di tengah masyarakat muslim Indonesia sungguh menyedihkan karena banyak masjid yang dibangun dengan mewah, tetapi jarang sekali yang mengunjungi. Saat membangun mereka bersusah-susah sampai meminta sumbangan di tengah jalan, mulai pagi sampai sore hari. Hanya saja setelah masjid selesai, maka selesai pula aktifitas di masjid. Masjid hanya ramai ketika dibangun, tetapi setelah itu sepi. Sudah merupakan tradisi di Indonesia juga di mana masjid hanya ramai saat Ramadhan dan itupun hanya di sepuluh hari pertama dan setelah itu kembali sepi. Fenomena seperti ni sesungguhnya dahulu pernah digambarkan oleh para sahabat. Diceritakan oleh Abu Hurairah ra “Suatu hari Abu Hurairah melewati pasar di kota Madinah lalu ia berdiri dan menyeru kepada orang-orang yang berada di pasar tersebut dan berkata”Wahai para penghuni pasar apa yang melemahkan kalian, modalkah? Benar wahai Abu Hurairah! Abu Hurairah berkata Kalian bisa mengambil harta warisan Nabi di masjid. Setelah berkata demikian orang-orang yang berada di pasar bergegas menuju masjid Rasulullah Saw, sementara Abu Hurairah tetap berdiri di tempat di tengah pasar. Setelah mereka kembali, mereka berkata Wahai Abu Hurairah kami telah datang ke masjid Rasulullah dan kami telah masuk di dalamnya, tetapi kami tidak melihat ada pembagian warisan. Abu Hurairah balik bertanyaKalian tidak melihat seorangpun di masjid? Mereka menjawab kami melihat hanya saja yang kami lihat sekelompok orang sedang melaksanakan shalat, sekelompok lainnya sedang membaca al Quran dan sekelompok lagi sedang melakukan ta’lim. Abu Hurairah berkata Celaka itulah sebenarnya harta warisan Rasulullah Saw. HR. al-Thabrani. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ Dr. Tohirin Lc, Ketua Tanfidziah MWCNU Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang dan pengasuh Majelis Ta'lim wa Dzikir el-Tahir Kabupaten Tangerang, Banten.
Raudhahadalah tempat yang sangat mulia yang dulu digunakan Rasulullah SAW untuk beribadah, memimpin shalat, menerima wahyu, dan juga menjadi tempat ibadah bagi para sahabat. Dengan hanya menampung kapasitas puluhan jamaah, tiap hari tempat ini diperebutkan oleh ribuan jamaah haji dan umrah.
Keutamaan Memakmurkan MasjidPertama Memakmurkan masjid adalah sifat orang bertakwaKedua Memakmurkan masjid adalah amalan berpahala besarCara Memakmurkan Masjid AllahCara Pertama Memakmurkan masjid dari segi fisiknyaCara Kedua Memakmurkan masjid dari segi maknawinya Khutbah Jumat SingkatCara Memakmurkan Masjid Pemateri Sodiq Fajar * Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِيْ الْأَرْضِ بُيُوْتاً لِلْعِبَادَةِ، وَأَمْكِنَةً تَحْصُلُ فِيْهَا كُلُّ رَاحَةٍ وَسَعَادَةٍ، شَرَعَ لِعِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ التَّقَرُّبَ إِلَيْهِ بِعِمَارَةِ الْمَسَاجِدَ، وَتَهْيِئَتِهَا لِلرَّاكِعِ وَالسَّاجِدِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ الَّذِيْ جَعَلَ الْمَسْجِدَ مَنْطَلِقاً لِكُلِّ رِيَادَةٍ، وَمُجْتَمَعاً لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَمَرْكَزاً لِلْقِيَادَةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوَيْ الشَرَفِ وَالسِّيَادَةِ، الَّذِيْنَ عَمَّرُوْا الْمَسَاجِدَ طَلَباً لِجَنَّةِ اللهِ وَالزِّيَادَةِ. عِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ فِيْ تَقْوَاهُ جَلَّ وَعَلَا سَعَادَةَ الدُّنْيَا والْآخِرَةِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa merawat dan meningkatkan kualitas takwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Mari giatkan lagi semangat untuk melaksanakan perintah Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi larangan-Nya. Mari maksimalkan upaya kita dalam mengimplementasikan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mari tumbuh suburkan lagi cinta kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Mari giatkan lagi usaha kita dalam mendatangi masjid untuk melaksanakan shalat wajib lima waktu secara berjamaah bersama kaum muslimin yang lain. Jika ada pertanyaan, tempat mana yang paling disukai oleh Allah subhanahu wata’ala? Maka jawabannya adalah masjid. Mana buktinya? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim, hadits nomor 288, ‌أَحَبُّ ‌الْبِلَادِ ‌إِلَى ‌اللهِ مَسَاجِدُهَا “Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya.” Kenapa Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai masjid, bukan tempat lainnya? Karena masjid adalah tempat yang digunakan untuk beribadah dan melaksanakan amal ketaatan. Masjid adalah tempat untuk shalat, menengadah berdoa, dan tunduk berzikir. Masjid bukan tempat untuk maksiat dan ghibah. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Inilah prinsip yang harus kita tanamkan pada diri kita dan anak keturunan kita. Mari kita didik diri kita dan anak-anak kita untuk mencintai masjid. Mari ajak mereka untuk memakmurkan masjid. Karena begitu mulianya masjid, Allah subhanahu wata’ala pun memberikan janji yang pasti bagi orang yang mendermakan hartanya untuk membangun dan merawat masjid. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana termaktub dalam Shahih al-Bukhari, hadits nomor 450, مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ، بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ “Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap ridha Allah, niscaya Allah akan membangunkan untuknya di surga bangunan yang serupa dengannya.” Keutamaan Memakmurkan Masjid Pengertian memakmurkan masjid secara bahasa berasal dari kata Imarah al-Masjid. Imarah artinya membangun, memperbaiki, atau memelihara. Lantas, apa yang dimaksud dengan memakmurkan masjid? Memakmurkan masjid maksudnya adalah mengelola dan merawat masjid baik dari sisi fisik bangunan masjid atau dari sisi fungsi utama masjid. Siapa saja yang berhak memakmurkan masjid? Setiap muslim memiliki hak, bahkan sangat dianjurkan untuk memakmurkan masjid. Amalan ini memiliki keutamaan luar biasa. Sehingga Allah subhanahu wata’ala menetapkan pahala memakmurkan masjid. Pertama Memakmurkan masjid adalah sifat orang bertakwa Salah satu ciri orang yang beriman adalah gemar memakmurkan masjid. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat at-Taubah ayat 18, اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada apa pun kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” Kedua Memakmurkan masjid adalah amalan berpahala besar Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat an-Nur ayat 36 sampai 38, فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۙ “Cahaya itu di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih menyucikan nama-Nya pada waktu pagi dan petang,” QS. An-Nur 36 رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِ ۙيَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُ ۙ “Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang hari Kiamat,” QS. An-Nur 37 لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا عَمِلُوْا وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Mereka melakukan itu agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.” QS. An-Nur 38 Cara Memakmurkan Masjid Allah Bagaimana cara memakmurkan masjid Allah? Ada dua cara yang dapat kita lakukan supaya masjid di daerah kita masing-masing makmur dan terasa lebih hidup. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Cara Pertama Memakmurkan masjid dari segi fisiknya Fungsi utama masjid adalah tempat untuk beribadah. Maka mari jadikan masjid kita sebagai tempat yang nyaman untuk beribadah. Nyaman untuk shalat. Nyaman untuk zikir. Nyaman untuk ngaji. Nyaman untuk majelis ilmu. Jika bangunannya rapuh, mari kita perbaiki. Jika atapnya bocor, mari kita benahi. Jika ruangannya terasa panas sehingga mengurangi khusyuk, mari kita carikan solusinya, bisa dengan meninggikan bangunan, menambah jendela, atau memasang pendingin ruangan. Jika lantai terlalu dingin bagi jamaah yang sudah sepuh, mari kita lengkapi dengan alas shalat. Jika tempat parkir kurang luas, kita usahakan untuk memperluas. Jika halaman parkir kurang aman, sering terjadi pencurian kendaraan, barangkali bisa menjadwalkan penjaga parkir setiap waktu shalat. Pada intinya, mari kita benahi masjid kita sehingga secara fisik menjadi tempat yang sangat nyaman untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Cara Kedua Memakmurkan masjid dari segi maknawinya Memakmurkan masjid dari segi maknawinya adalah cara memakmurkan yang paling utama. Al-’Imarah al-Imaniyah. Makmur secara maknawi maksudnya adalah memakmurkan fungsi utama masjid, yaitu ibadah. Tidak ada manfaatnya memperbagus fisik bangunan masjid dan melengkapi seluruh fasilitas di dalamnya jika tidak ada orang yang beribadah di dalamnya. Bahkan, Allah subhanahu wata’ala memberikan peringatan bagi orang-orang yang hanya berfokus pada pembangunan fisik tempat ibadah dan lalai memfungsikannya sebagai tempat beribadah. اَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاۤجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ لَا يَسْتَوٗنَ عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۘ “Apakah orang-orang yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim.” QS. At-Taubah 19 Orang kafir Quraisy begitu membanggakan posisi mereka yang saat itu mendapat kuasa untuk mengurus operasional Masjid al-Haram, Mekkah, sementara mereka menolak untuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Hingga Allah subhanahu wata’ala memberikan teguran bahwa perbuatan mereka itu selamanya tidak akan membawa mereka pada kemuliaan. Dan sikap tersebut selamanya tidak akan menjadikan mereka orang yang beriman. Bahkan, amalan mereka itu akan sia-sia. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat at-Taubah ayat 17, مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يَّعْمُرُوْا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۚ وَفِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُوْنَ “Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka.” Maka, mari kita bangkitkan kembali semangat kita dalam upaya memakmurkan atau meramaikan masjid. Datang ke masjid setiap kali shalat lima waktu, menghadiri kajian Islam di masjid, Berdiam diri sejenak di masjid untuk memperbanyak bacaan zikir dan berdoa, atau amalan ketaatan lainnya. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Nasihat untuk para takmir masjid, perlu menjadi renungan bersama bahwa menjadi takmir masjid adalah amanah yang memang berat. Namun, di balik beratnya amanah tersebut, terdapat kemuliaan yang sangat agung. Pengurus takmir masjid atau Dewan Kemakmuran Masjid DKM pada hakikatnya adalah khadimul ummah, pelayan umat. Mari kita layani masyarakat muslim yang datang ke masjid dengan sebaik-baiknya. Mari fasilitasi masyarakat muslim yang datang ke masjid tanpa tebang pilih. Kita buka lebar-lebar pintu masjid supaya masyarakat merasa senang untuk berlama-lama beribadah di masjid. Dahulu, masjid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu tidak ada pintunya. Masjid mulai dipasangi pintu untuk menjaga masjid dari gangguan seperti anjing dan binatang buas lainnya yang dapat mencemari kesucian masjid. Seiring bergantinya zaman, gangguan pada masjid semakin kompleks. Mulai ada pencuri yang menyasar barang-barang yang ada di masjid. Ada pula kelompok atau oknum melancarkan gangguan ke masjid. Sejak saat itu, akhirnya para ulama fikih mulai meneliti dan berijtihad soal hukum menutup pintu gerbang masjid di luar waktu shalat. Ulama mazhab Hanafi berpendapat menutup pintu masjid di luar waktu shalat hukumnya makruh tahrim. Makruh yang mendekati haram. Karena itu serupa dengan menghalangi orang untuk datang ke masjid, dan menghalangi orang untuk datang ke masjid hukumnya haram. Sedangkan mayoritas ulama mazhab Maliki, Syafi’i, dan sebagian mazhab Hanbali berpendapat boleh menutup pintu gerbang masjid di luar waktu shalat jika ada kekhawatiran terhadap keamanan masjid. Artinya, jika secara prediksi masjid aman dari segala gangguan, maka pintu masjid harus selalu terbuka agar kaum muslimin bisa sewaktu-waktu datang untuk beribadah. Persoalan teknis terkait hal ini sangat banyak pilihan solusinya. Para takmir masjid bisa memilih tindakan sesuai dengan kondisi masing-masing. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Demikian materi khutbah Jumat tentang cara memakmurkan masjid yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini. Semoga Allah subhanahu wata’ala memasukkan kita ke dalam golongan kaum beriman yang bersemangat dalam memakmurkan masjid. Amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. KHUTBAH KEDUA إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنا الّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، اَللّٰهُمَّ احْفَظْ بُلْدَانَ الْمُسْلِمِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Download PDF Materi Khutbah JumatCara Memakmurkan Masjid di sini Semoga bermanfaat! Tempattempat pelaksanaan ibadah haji tersebut adalah sebagai berikut. 1. Arafah Arafah merupakan suatu tempat yang lokasinya berada di luar area tanah haram, terletak sebelah timur sekitar 22 KM dari Masjid al Haram, luasnya sekitar 10,4 KM 2. Tempat tersebut menjadi tempat pertemuaan Nabi Adam dan Hawa setelah Allah turunkan ke muka bumi.
- Dalam rangka menyambut Ramadhan 1442 hijriah, tentu ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya menyambut datangnya bulan suci ini dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Hari ini, 9 April 2021 merupakan Jumat terakhir di bulan Syaban 26 Syaban 1442 Hijriyah. Sya'ban adalah pintu gerbang menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Bagi kaum laki-laki muslim yang sudah balig, pada hari Jumat diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jumat dan khutbah merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat. Dalam buku Ahmad Zarkasih Rukun dan Syarat Sah Khutbah Jumat Menurut Madzhab al-Syafi'iyah 2020 11 disebutkan, tujuan khutbah itu adalah sebagai nasihat sekaligus peringatan untuk mentaati perintah Allah SWT serta menjauhi larangannya. Bertepatan dengan menyambut bulan puasa tahun 2021, berikut ini naskah khutbah Jum'at menyambut Ramadhan yang dikutip dari laman NU Online Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Sebentar lagi tamu kita yang mulia bernama bulan Ramadan akan segera tiba. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian? Tak lain karena di dalam bulan Ramadan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya. Rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya. Namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya tapi tidak mengambil sesuatu darinya, yakni dengan menggunakannya sebagai momen meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih. Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadan datang, sebagaimana hadis yang diriwayatkan an-Nasa'i dari Abu Hurairah عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ...... سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256 2079 Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anh beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda "Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.HR. An-Nasa'i Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni Allâhumma bâriklanâ fî Rajaba wa Sya'bâna, wa ballighna RamâdlanaArtinya Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan usia kami berjumpa Ramadhan HR. Ahmad dan Bazzar. Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh suka cita "Marhaban Ya Ramadan selamat datang bulan Ramadhan, kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita." Dalam bahasa Arab, bulan disebut dengan "syahr"الشَّـهْرُ yang bermakna "terkenal" atau populer. Orang Arab biasanya menamai bulan sesuai dengan keadaan di mana bulan itu berlangsung. Karena pada masa turunnya perintah puasa adalah musim panas yang terik, maka bulan itu dinamai "Ramadan" yang akar katanya dari "Ramidha" رَمِضَ yang berarti "sangat panas, membakar" disebabkan panas matahari yang luar biasa menyinari pasir-pasir gurun. Ada juga pengertian lain yaitu "batu karang yang membakar." Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Pengertian di atas sesuai dengan makna filosofis bulan Ramadan, yaitu membakar dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang membatalkannya. Rasulullah SAW, bersabda "Dinamakan bulan Ramadhan karena ia cenderung membakar dosa-dosa." Persiapan Menyambut Ramadhan Berikut ini enam dari beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama saleh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadan yang pantas diteladani 1. Menyambut Ramadan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ "Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan usia kami berjumpa Ramadan." Seolah mereka juga memohon "Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan." Sampai kepada Ramadan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadan dengan tangis. 2. Menyambut Ramadan dengan pengetahuan yang Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa. Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadan disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan Ramadan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Orang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang ia kerjakan. 3. Menyambut dengan Ramadan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadan. 4. Menyambut dengan tekad dan rencana yang matang untuk mengisi saleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadan dengan cermat dan optimis. Di antaranya berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca Al-Quran, berapa kali shalat malam, berapa akan bersedekah dan memberi makan orang berpuasa, berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku agama. Itulah rencana yang benar mengisi Ramadan, bukan hanya sekadar merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan suci. 5. Persiapan Ruh dan Jasad Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikit dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya'ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. Anas bin Malik berkata "Ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya'ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa."Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya'ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa. Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut Ramadan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya. Rasulullah SAW senantiasa melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan beliau kadang melakukannya sebulan penuh. Dalam sebuah hadits disebutkan أَخْرَجَ النَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْن خُزَيْمَةَ عَنْ أُسَامَة بْن زَيْدٍ قَالَ " قُلْت يَا رَسُول اللَّه لَمْ أَرَك تَصُومُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان ، قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان ، وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَال إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ " فتح الباري لابن حجر باب صوم شعبان, الجزأ السادس, ص 238 Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya "Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya'ban ini? Beliau saw menjawab "Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa." HR An-Nasa-i. 6. Persiapan terakhir untuk menyambut Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Ramadan merupakan bulan muwaasah bulan santunan, pelipur lara. Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat bila ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah SAW pada bulan Ramadan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah SAW kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya. Semoga kiranya kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyambut Ramadan besok, amin, amin, amin ya Rabbal ' juga Apa Itu Hilal Penentu Tanggal 1 Bulan Suci Ramadhan dan Hijriah? Daftar Amalan Sunah Bulan Ramadhan Sahur, Sedekah, hingga I'tikaf - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Fitra Firdaus
Bagiyang wajib melaksanakan shalat jum'ah, tidak boleh melaksanakan shalat dhuhur kecuali setelah habisnya kesempatan untuk melaksanakan shalat jum'ah. Syarat sah khutbah jum'ah didengar oleh 40 orang laki-laki yang baligh dan berakal dan mustauthin (berdomisili di tempat didirikannya jum'ah) walaupun mereka tidak hadir di masjid atau May 1, 2022 Mencari Jawaban 5 Views Tempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan? Kursi Mihrab Mimbar Meja Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah C. Mimbar. Dilansir dari Ensiklopedia, tempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan Mimbar. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Kursi adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. Mihrab adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban C. Mimbar adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban D. Meja adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah C. Mimbar. Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah. Dijawab Oleh Admin Cari Jawaban Check Also Sikap dasar dan langkah kuda-kuda yaitu? Sikap dasar dan langkah kuda-kuda yaitu? Berdiri kuda-kuda Rileks Istirahat Berdiri kangkang Tegak Jawaban D. ... Read more
\n \n tempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan
DhaGf2.
  • n80k4c0b1m.pages.dev/484
  • n80k4c0b1m.pages.dev/311
  • n80k4c0b1m.pages.dev/494
  • n80k4c0b1m.pages.dev/356
  • n80k4c0b1m.pages.dev/321
  • n80k4c0b1m.pages.dev/309
  • n80k4c0b1m.pages.dev/575
  • n80k4c0b1m.pages.dev/556
  • tempat yang digunakan untuk melaksanakan khutbah dinamakan